Aktivis FDMMAB, Oan Putra
POJOK NUSANTARA – Labuan Bajo, Demi mengoptimalkan sumber energi panas bumi di Pulau Flores, Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menginisiasi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (Geothermal), salah satunya di kabupaten Manggarai Barat tepatnya di Desa Wae Sano Kecamatan Sano Nggoang. Namun hingga kini, proyek yang diwacanakan sejak tahun 2017 ini masih diwarnai pro dan kontra di tengah masyarakat.
Penolakan kaitan dengan keberadaan proyek Geothermal ini datang dari berbagai pihak, salah satunya dari Forum Advokasi Mahasiswa Manggarai Barat (FADMMAB) Kota Kupang. Ketua FADMMAB Kota Kupang, Oan Putra menyatakan bahwa pertimbangan soal dampak lingkungan, sosial, dan budaya yang timbul merupakan dasar penolakan FADMMAB.
“Kita tentunya menyayangkan kehadiran proyek geothermal ditengah maraknya krisis multi aspek hari ini. Krisis air minum, SDM lemah, kemiskinan dan lain sebagainya yang masih melekat dengan masyarakat manggarai barat secara umum hingga kini belum teratasi, malah menghadirkan model pembangunan yang mengancam keberlangsungan kehidupan masyarakat manggarai barat, lebih khusus masyarakat desa wae sano. Pembangunan yang dicanangkan dekat dengan pemukiman ini jelas mengabaikan konsep pembangunan, baik itu secara lingkungan, sosial maupun budaya. Ini jelas kami tolak.” Tegasnya.
Sumber mata pencaharian utama masyarakat desa wae sano, kata dia, terancam dengan kehadiran proyek geothermal ini. “Sektor primer, seperti pertanian dan perkebunan yang menjadi mata pencaharian utama masyarakat desa wae sano terancam oleh karena kehadiran proyek ini. Bagaimana tidak, areal pembangunan geothermal ini berada diatas lahan produktif yang telah ditanami kopi, fanili, cengkeh, kakao, kemiri, pisang, mahoni, keladi, kelapa dan jenis komoditi lainnya yang menjadi sandaran utama sumber penghidupan masyarakat.” Tandasnya.
Pemda Mabar, lanjut Oan, seharusnya mendorong sektor pariwisata agar diberdayakan demi mendongkrak pertumbuhan ekonomi desa Wae Sano. “Melihat potensi danau Sano Nggoang yang memiliki predikat sebagai danau vulkanik terbesar di NTT, seharusnya menjadi objek wisata prioritas pengelolaan sekaligus pemberdayaan dari Pemda Mabar demi mendongkrak pertumbuhan ekonomi desa Wae Sano. Bukan malah membangun proyek geothermal yang secara langsung memberikan pengaruh buruk terhadap masyarakat Wae Sano.” Ujarnya.
Model pembangunan, kata dia, terlebih dahulu mestinya dipilah kaitan dengan dampak baik dan buruknya. “Pada dasarnya kita tidak menolak yang namanya pembangunan, karena sejatinya pembangunan untuk kemajuan dan kebaikan kita bersama. Namun kita perlu memilah, pembangunan yang berdampak baik dan buruk. Realita yang terjadi, substansi pembangunan proyek geothermal ini mengabaikan konsep pembangunan secara lingkungan, sosial dan budaya. Kalau proyek ini realisasikan, jelas ini berdampak buruk bagi keberadaan masyarakat wae sano.” Tutupnya(Tim/PM)